Nama Lembaga, Alamat dan Sejarah Berdirinya
a. Nam
lembaga : Yayasan Pendidikan
Baldatul Ummah
b. Alamat
:
Jl. Sukatani rt 01 rw 06, Desa Bojong, kec. Bungbulang
c. Sejarah
berdirinya
Yayasan
perndidikan baldatul ummah didirikan
pada tahun 2008 oleh H Acip Ginanar S.Ag M.Ag. yaysaa ini bergerak di
bidang pendidikan. Pada awalanya yayasan ini hanya menyediakan jenjang
pendidikan Madrsah Tsanawiah saja namun seiring dengan perkembangannya yayasan
ini sekrang mempunyai jenjang pendidikan dari
mulai tingkat PAUD sampai ke Madrasah aliyah.
Kata
Baldatul ummah memiliki sendiri memiliki arti baldah yang artinya tempat dan
ummah yang berarti umat. Penamaan
yayasan ini sendiri di ambil dari cita-cita pendirinya yang menginginkan
yayasan ini kelak akan menjadi tempat berkumpul umat. Dimana ketika umat bisa
bisa di kumpulkan yang kemudian bisa digerakan untuk hal yang fositif hal ini
akan memudahkan memajuka daerah tersebut baik di bidang ekonomi, pendidikan
serta politik.
2.
Pimpinan
: H. Acip Ginanjar S.Ag M.Ag
Biografi
H. Acip Ginanjar S.Ag M.Ag
Nama : Acip Ginanjar
Alamat
:
Kp. Sukatani RT : 01 RW : 06 Des. Bojong
Kec. Bungbulang Kab. Garut
Tempat
tanggal lahir : Garut, 10 mei 1966
Jenis
kelamin : Laki - Laki
Agama : Islam
Kewarganegaraan : Indonesia
Riwayat
pendidikan :
1957
- 1981 : SDN Bojong 2
1981
– 1981 : SMPN PGRI Bungbulang
1981
– 1984 : SMAN 1 Cikolot
1989
– 1933 : STAIN
Cirebon
2008 – 2009 : UIN
Syarif Hidayatullah
3 Produk
Yayasan ini bergerak di bidang
pendidikan, adapun produknya adalah :
1. PAUD
2. Madrasah Ibtidaiyah
3. Madrasah Tsanawiyah
4. Madrasaha Alayiah
Suksesi
kepeminpinan
Suksesi adalah suatu
proses perubahan, berlangsung satu arah secara teratur yang terjadi pada suatu
komunitas dalam jangka waktu tertentu hingga terbentuk komunitas baru yang
berbeda dengan komunitas semula. Dengan perkataan lain, suksesi dapat diartikan
sebagai perkembangan ekosistem tidak seimbang menuju ekosistem seimbang.
Suksesi terjadi sebagai akibat modifikasi lingkungan fisik dalam komunitas atau
ekosistem.Peminpin sendiri memiliki arti seseorang yang menempati peranan
sentral atau posisi dominant dan pengaruh suatu kelompok
Sedangkan kepemimpinan
yang efektif menurut Siagian (1982) adalah kepemimpinan yang mampu menumbuhkan,
memelihara, dan mengembangkan usaha dan iklim yang kooperatif dalam kehidupan
organisasional, dan yang tercermin dalam kecekatannya mengambil keputusan.
Dengan demikian Suksesi
kepemimpinan adalah suatu proses peralihan dari suatu generasi ke generasi yang
lain, selanjutnya untuk memimpin sekelompok orang dalam satu wilayah atau lokal
tertentu dan untuk jangka waktu tertentu.
Di Yayasan Pendidikan
Baldatul Ummah sendiri suksesi kepeminpinan dilakukan dengan pengkaderan
terhadap calon-calon peminpin yang akan mepimpin yayasan kelak. Pengkaderan ini
salah satunya dilakukan dengan cara menyelenggarakan kegiatan – kegiatan yang
beruhubungan dengan kepeminpinan. Yakni Osis, Pramuka dan PMR. Lewat kegiatan
estrakulikuler ini para siswa dia ajarakan bagaiama menjadi ikut serta dalam
oragnisasi yang didalamnya sudah tertentu di dalamnya terdapat pembelajaran
tentang kepeminpinan. Selian itu para lulusan dari yayasan ini diaarahkan untuk
melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi yang kemudian diharapkan
setelah berhasil nanti bisa kembali
untuk mengembangkan yayasan menjadi lebih baik. Untuk pergantian jabatan mengenai kepala sekolah di
tingkat PAUD, MI, MTs serta MA ini ada bebrapa hal yang di perhatikan oleh
ketua yayasan, yakni :
a) Memiliki Kharisma.
Menjadi
pemimpin itu tidak mudah. Tidak semudah yang dibayangkan orang. Ia harus siap
secara intelektual dan moral. Karena ia akan menjadi figure yang diharapkan
banyak orang / bawahan. Perilakunya harus menjadi teladan / patut diteladani.
Seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai kemampuan diatas kemampuan
rata-rata bawahannya. Singkatnya: seorang pemimipin harus mempunyai karisma.
Karakteristik pemimpin yang punya karisma adalah:
1.
Perilakunya terpuji
2.
Jujur dan dapat dipercaya
3.
Memegang komitmen
4.
Konsisten dengan ucapan
5.
Memiliki moral agama yang cukup.
b) Memiliki Keberanian
b) Memiliki Keberanian
Tidak
lucu bila seorang pemimpin tidak memiliki keberanian. Minimal keberanian
berbicara, mengemukakan pendapat, beradu argumentasi dan berani membela
kebenaran. Secara lebih khusus keberanian itu ditunjukkan dalam komitmen:
berani membela yang benar; memegang tegug pada pendirian yang benar; tidak
takut gagal; berani ambil resiko; dan berani bertanggungjawab.
c) Memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain.
c) Memiliki kemampuan mempengaruhi orang lain.
salah
satu ciri bahwa seseorang memiliki jiwa kepemimpinan adalah kemampuannya
mempengaruhi seseorang untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Dengan
kemampuannya berkomunikasi, ia dapat mempengaruhi orang lain. Bagaimana caranya
untuk mempengaruhi orang lain?
1.
Membuat orang lain merasa penting
2.
Membantu kesulitan orang lain
3.
Mengemukakan wawasan dengan cara pandang yang positif
4.
Tidak merendahkan orang lain
5.
Memiliki kelebihan atau keahlian.
d) Mampu Membuat Strategi
d) Mampu Membuat Strategi
seorang
pemimpin semestinya identik dengan seorang ahli strategi. Maju-mundurnya
perusahaan, gagal/berhasilnya suatu organisasi, banyak ditentukan oleh strategi
yang dirancang oleh pimpinan perusahaan/ pimpinan organisasi. Bagaimana
criteria seorang pemimpin yang mampu menyusun strategi?
1.
Menguasai medan
2.
memiliki wawasan luas
3.
berpikir cerdas
4.
kreatif dan inovatif
5.
mampu melihat masalah secara komprehensif
6.
mampu menyusun skala prioritas
7.
mampu memprediksi masa depan.
e) Memiliki Moral yang Tinggisa
e) Memiliki Moral yang Tinggisa
Moralitas
merupakan ukuran berkwalitas atau tidaknya hidup seseorang. Apalagi seorang
pemimpin yang akan menjadi panutan. Seorang pemimpin adalah seorang panutan
yang secara moral dapat dipertanggungjawabkan. Bagaimana tanda-tanda seorang
pemimpin yang bermoral tinggi? Sbb:
1.
tidak menyakiti orang lain
2.
menghargai siapa saja
3.
bersikap santun
3.
Tidak suka konflik
4.
Tidak gegabah / grusah-grusuh
5.
Tidak mau memiliki yang bukan haknya
6.
Perkataannya terkendali dan penuh perhitungan
7.
Perilakunya mampu dijadikan contoh.
f) Mampu menjadi Mediator
f) Mampu menjadi Mediator
Seorang
pemimpin yang bijak mampu bertindak adil dan berpikir obyektif. Dua hal
tersebut akan menunjang tugas pimpinan untuk menjadi seorang mediator. Syarat
seorang mediator meliputi beberapa criteria:
1.
berpikir positif
2.
setiap ada masalah selalu berada di tengah
3.
meliki kemampuan melobi
4.
mampu mendudukkan masalah secara proporsional
5.
mampu membedakan kepentingan pribadi dan kepentingan umum.
6. Gaya kepeminpinan
Penelitian-penelitian
yang bersumber pada pandangan gaya kepemimpinan umumnya memusatkan perhatian
mereka pada perbandingan antara gaya dekokratik dan gaya otokratik. Gatto
(1992) mengkategorikan gaya kepemimpinan ke dalam 4 macam: Direktif,
konsultatif, partisipatif, dan gaya delegasi.
Karakteristik dari setiap gaya tersebut dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:
a. Gayan direktif: Pemimpin yang direktif pada umumnya membuat keputusa-keputusan penting dan banyak terlibat dalam pelaksanaannya. Semua kegiatan terpusat pada pemimimpin. Dan sedikit sekali kebebasan bagi bawahan untuk berkreasi. Pada dasarnya gaya direktif adalah gaya otoriter.
b. Gaya konsultatif: gaya ini dibangun di atas gaya direktif. Kurang otoriter dan banyak melakukan interaksi dengan para staf dan anggota organisasi/ bawahan. Fungsi pemimpin lebih bayak berkonsultasi, memberikan bimbingan, motivasi, memberi nasehat dalam rangka mencapai tujuan.
c. Gaya partisipatif: gaya ini bertolak dari gaya konsultatif yg bisa berkembang kea rah saling percaya antara bawahan dengan pemimpin. Pemimpin cenderung memberi kepercayaan pada kemampuan staf untuk menyelesaikan pekerjaan mereka sebagai tanggungjawab mereka.
d. Gaya delegasi: disebut juga gaya Free-rein. Yaitu gaya yang mendorong kemampuan staf untuk ambil inisiatif.Kurang interaksi dan control yang dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya ini hanya bisa berjalan apabila staf memperlihatkan tingkst kompetensi dan tanggungjawab yang tinggi.
Karakteristik dari setiap gaya tersebut dapat diuraikan secara singkat sebagai berikut:
a. Gayan direktif: Pemimpin yang direktif pada umumnya membuat keputusa-keputusan penting dan banyak terlibat dalam pelaksanaannya. Semua kegiatan terpusat pada pemimimpin. Dan sedikit sekali kebebasan bagi bawahan untuk berkreasi. Pada dasarnya gaya direktif adalah gaya otoriter.
b. Gaya konsultatif: gaya ini dibangun di atas gaya direktif. Kurang otoriter dan banyak melakukan interaksi dengan para staf dan anggota organisasi/ bawahan. Fungsi pemimpin lebih bayak berkonsultasi, memberikan bimbingan, motivasi, memberi nasehat dalam rangka mencapai tujuan.
c. Gaya partisipatif: gaya ini bertolak dari gaya konsultatif yg bisa berkembang kea rah saling percaya antara bawahan dengan pemimpin. Pemimpin cenderung memberi kepercayaan pada kemampuan staf untuk menyelesaikan pekerjaan mereka sebagai tanggungjawab mereka.
d. Gaya delegasi: disebut juga gaya Free-rein. Yaitu gaya yang mendorong kemampuan staf untuk ambil inisiatif.Kurang interaksi dan control yang dilakukan oleh pemimpin, sehingga gaya ini hanya bisa berjalan apabila staf memperlihatkan tingkst kompetensi dan tanggungjawab yang tinggi.
Dalam menjalankan
kepeminpinanya H Acip Ginanjar ini tidak selalu menggunakan satu gaya. Hal ini
isa di lihat dari pengambilan kebijakan di yayasan pendidikan baldatul ummah
ini biasnya di tentuan oleh ketua yayasan. Keputusan ketua yayasan ini bersifat
mutlak tidak bisa di ganggu gugat. Hal ini bisa dilihat dari kasus yang pernah
ketika lembaga osis yang ingin mengadakan acara namun acara tersebut
bertentangan dengan keinginan ketua yayasan maka acara apapun tidak jadi. Namun
meski demikian kebijakan – kebijakan yang di ambil oleh ketua yayasan ini tidak
terlepas dari saran – saran kepengurusan yayasan. Dimana biasanya ketika akan
mengluarkan kebijakan diselenggarakan rapat terlebih dahulu sebelum kebijakan.
Namun
disisi lain keua yaysanmemberikan kewenangan yang bebas kepad para kepala
sekolah untuk menjalankan program-programnya. Hal ini bisa terlihat ketika
kegiatan penerimaan siswa baru. Untuk waktunya biasanya di tentukan oleh ketua
yayasan namun untuk penyelenggaranyaan
di serahkan kepada kepala sekolah dan staf yayasan. Ketua yayasaa hanya
mengawasi bagaiman kebijakan itu berjalan.
Selain
itu ketua yayasan sering memberikan arahan langsung kepada para kepala sekolah dan
staf tentang bagaiaman suatu program agar terlaksana dengan baik. hal ini bisa
telihat seringny ada evaluasi yang diakan oleh ketua yayasan mengenai
keseluruhan prog yang sudah di jalankan. Salah satu contohnya adalah program
shalat duha yang menjadi identitas yayasan ini.
Jika
dilihat dari keterangan di atas maka gaya kepeminpina yang berjalan di yayasan
ini cenderung konsultif. Hal ini bisa dilhat dari cara mengambil keputusan
penting yang dilakukan oleh yayasan. Meskipunn hasilna di pengaruhi oleh kepunguran
yang lain namun tetap saja keputusan akhir berada di tangan ketua yayasan.
Terdapat
dua dampak dari gaya kepeminpinan ini. Yakni sisi positif dan negative.sisi
pofitipnya adalh semua program atau kebijakan yang sikeluarkan ini dapat
terlaksana sehingga menciptakan kemajuan di dalam yaysan ini. Hal ini bida dari
perkembangan yaysan yang asalahnya hanya menyelenggarakan satu jenjang sekarang
berkembang menjadi 4 jenjang. Untuk sisi negatifnya adalah sering terjadi
kesalah pahamana anatar ketua yayasan dengan staff karena kurangnya kepahaman
para staff mengenai kebijakan yang dikeluarkan oleh keyua yayasan.
Adapun
susunan kepengurusan yayasan adalah sebagai berikut
1. Ketua
yayasan : H. Acip
Ginanjar S.Ag, M.Pd
2. Bendahara : Idah Wahidah S.pd
3. Sekretaris : Sahidi S.Pd
4. Kepala
sekolah MA : Deden Erwan Suhendar
S.pd
5. Kepala
sekolah MTS : Aid syamsudin S.pd
6. Kepala
sekolah MI : Dani Kurniawan
S.pd,i
7. Kepala
sekolah PAUD : Iwan Maolani S.Pd,i
Analisis
Hasil analisis dan teori kepemimpinan di YayasanPendidikan
baldatul Ummah. Menurut analisis penulis jika dilihat dalam konteks ketiga
teori kepemimpinan yaitu;
1. teori sifat,
2. teori prilaku, dan
3. teori lingkungan.
Pemimpin Yayasan Pendidikan Baldatul Ummah masuk ke dala teori prilaku (beahavior theory) yang memiliki dasar bahwa kepemimpinan
itu harus dipandang sebagai hubungan diantara orang-orang, bukan sebagai sifat
atau ciri-ciri seorang individu. Oleh karena itu, keberhasilan seorang pemimpin
sangat ditentukan oleh kemampuan pemimpin itu dengan segenap anggotanya.
Dengan kata lain, teori ini sangat memperhatikan prilaku
pemimpin sebagai aksi respon kelompok yang dipimpinnya sebagai reaksi. Dasar
bahwa Bapak Acip Ginanjar masuk kepada teori prilaku ini bahwa bapa ini adalah
seorang yang tida aktif dalam kegiatan, contohnya jika ada suatu kegiatan baik
ekstra maupun intra beliau pasti tidak ikut serta didalamnya, beliau juga
berprilaku disiplin rapi ketika berhubungan dengan bawahannya dan
santriawan-santriawati juga dengan orang lain. Kedisiplinan beliau membuat
orang-orang disekitarnya mampu merespon serta menjadikannya pribadi yang rapi
serta disiplin khususnya dalam lingkungan Yayasan Pondok Pesantrean itu
sendiri.
Teori sifat yang merupakan salah satu dari teori
kepemimpinan dan juga sebagai teori dari kepemimpinan bapak prilaku , yang
disebut juga teori humanistik, lebih menekankan pada model atau gaya (style)
kepemimpinan yang dijalankan oleh seorang pemimpin. Menurut James Owens dalam
suatu matrik tentang gaya-gaya kepemimpinan dalam bentuk suatu model analisi
yang versinya dapat dipandang sebagai model-model baku, yang dalam suatu matrik
itu digambarkan lima gaya kepemimpinan, yaitu;
a. gaya autokrasi
b. gaya birokratis
c. gaya diplomatis
d. gaya parsitipatif
e. gaya free rein leader.
Kelima gaya kepemimpinan tersebut tidak semuanya dimiliki
oleh semua pemimpin, adapun gaya kepemimpinan bapak kiayi di Yayasan Pendidikan
Baldatl ummah menurut analisa penulis, bapak H acip Ginanjar menggunakan gaya
kepemimpinan birokratik yaitu, gaya kepemimpinan yang djalankan dengan
memberitahukan para anggota (bawahan) apa dan bagaimana sesuatu itu
dilaksanakan. Namun demikian, dasar-dasar dari perintahnya ini hampir
sepenuhnya menyangkut kebijakan-kebijakan, prosedur-prosedur, dan
peraturan-peraturan organisasinya.
Ciri khas seorang birokrasi adalah pandangannya bahwa semua
aturan atau ketentuan organisasi itu adalah “absolute”, artinya
pemimpin memanage kelompoknya dengan berpegang sepenuhnya pada
aturan-aturan yang telah ditetapkan. Mengapa demikian H Acipp Ginanjar menggunakan
gaya kepemimpinan birokratis karena bapak kiyai ini aktif memimpin serta
memberitahukan para anggotanya apa yang akan dijarakan kepada Siswa dan
bagaimana metode dalam mengajarnya supaya para santri tidak merasa ada tegang
atau takut dalam proses pembelajaran, kebijakan, dan peraturan sepenuhnya. Dan
juga bapak kiyai ini dengan gaya birokratisnya selalu memenage para
guru – guru dalam proses belajar mengajar kepada para santri dengan berpegang
sepenuhnya pada aturan yang telah ditetapkan di yayasan pendidikan baldatul
ummah.
Setelah mengetahui hasil analisis teori kepemimpinan bapak H
acip Ginanjar, kiranya ketiga teori tersebut yakni teori sifat, prilaku, dan
lingkungan tidak dapat dijalankan secara sendirian (parsial), begitu juga
dengan bapak kiayi yang dalam kepemimpinannya itu menggunakan teori prilaku
yang juga tidak dapat dijalankan olehnya sendiri, dan sebagai alternatifnya
perlu dikembangkan kombinasi antara teori-teori itu yang memungkinkan lahirnya
teori bahwa, yaitu; teori pertukaran (exchange theory), teori
pribadi dan situasi (personal-situasional theory), dan teori
interaksi dan harapan (interaction expectation).
Namun ketiga teori baru ini hanya satu teori baru, menurut
analisis penulis dengan meninjau hasil penelitian kepemimpinan di Yayasan pendidikan
baldatu ummah maka dapat dikatakan kepemimpinan bapak H acip Ginanjar dengan
menggunakan teori baru yakni masuk ke dalam teori pertama; teori pertukaran (exchange
theory), yang merupakan modifikasi dari teori sifat dan teori prilaku
yang berasumsi bahwa interaksi sosial menggambarkan suatu bentuk tukar menukar,
antara pemimpin pemimpin dengan bawahannya (anggotanya) maupun anggota dengan
masing-masing saling memberikan kontribusinya. Proses tukar-menukar ini
menjadikan semua pihak merasa dihargai dan mendapatkan sesuatu yang tidak
dimilikinya. Pemimpin dengan sifat karakter yang dimiliknya, memberikan
kontribusi terhadap anggotanya.
Upaya ini dilakukan dengan cara mengembagkan
kebiasaan-kebiasaan perilakunya, sehingga berpengaruh terhadap anggota dalam
keikutsertaan dalam berbagai kebijakan pemimpin, karena merasa dirinya telah
diberi dan dihargai pemimpinnya. Begitu juga dengan bapak H Acip Ginanajar selaku
pemimpin di yayasan pendidikan baldatul ummah dengan memberikan kontribusi
kepada para guru-guru , hal yang dikatakan ini bapak Acip ini memberikan
kontribusi kepada para guru – guru seperti dorongan atau motivasi agar tetap
sabar dalam menghadapi para murid yang masih dalam tahap perkembangan, tidak
hanya itu bapak Acip Ginanjar juga selalu memberikan kontribusi ketika para
guru dalam keadaan repot menghadapi para murid disanalah letak kontribusinya.
Bukan hanya bapak acip saja yang memberikan kontribusi
kepada para guru melainkan para guru dan kepala sekolah juga memebrikan
kontribusinya kepada bapak Acip Ginanjar selaku Ketua yayasan ,
kontribusi tersebut berupa para guru selalu hadir dalam proses belajar mengajar
yang merupakan faktor utama dalam kegiatan pembelajaran. Upaya ini dilakukan
dengan cara mengembangkan kebiasaan-kebiasaan prilakunya, sehingga berpengaruh
terhadap anggota dalam keikutsertaan dalam berbagai kebijakan pemimpin, karena
merasa dirinya telah diberi dan dihargai pemimpinya, maka dari itu juga kepala
seoklah dan guru selalu memberikan kontribusinya kepada pemimpinnya apalagi
kalau kontribusi yang diberikan itu mampu merespon pemimpin, mengapa demikian
karena mereka merasa dihargai apabila kontribusi mereka diterima oleh
pemimpinya.
Dengan adanya teori pertukaran ini pada dasarnya setiap
terjadi proses sosial maka setiap pihak akan sama-sama memperoleh keuntungan.
Seperti halnya pemimpin di Yayasan Pendidikan Baldatul Ummah yang menerima
respon fositif dari para ustadz dan para ustadzah terhadap kontribusi yang
diberikannya juga prilaku dalam kesehariannya, sedangkan para guru menerima
kontribusi juga bimbingan dan arahan dalam proses belajar mengajar sehingga
kebutuhannya serta kewajibannya dalam mengajar akan terjalin dengan baik dan
kebijakannya dapat terealisasi, maka dengan melihat fenomena yang terjadi dalam
kepemimpinan di Yayasan Pendidikan Baldatul ummah ini dapat diistilahkan teori
ini disebut teori saling memberi dan menerima (take and give).